Morfologi kota Jakarta adalah kota tua yang memiliki perjalanan sejarah yang amat panjang selama 481 tahun. Arsitektur bangunan yang berada di kota tua adalah internasional style atau artdeco yang trend pada saat itu. Perkembangan fisik kota Jakarta pada sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan yang sangat pesat, bangunan tinggi dengan arsitektur modern dijumpai pada hampir setiap sudut kota. Sampai saat ini kota tua masih dilestarikan karena tinggalan sejarah dalam bentuk kota tua alah peninggalan kota terbesar di Asia. Dan lebih menarik lagi adalah masih adanya aktivitas kehidupan di kota tua.
Kehidupan dan prilaku etnik yang turun menurun, masih terlihat di Kotatua. Di Glodok dan Pinangsia hingga kini masih memperlihatkan aktivitas kehidupannya yang tidak meninggalkan unsur tradisionalnya. Sebagian besar etnik ini adalah pedagang mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga kebutuhan hiburan dan makanan serta obat-obat tradisional. Cukup unik melihat Glodok dan Pinangsia, suasana Pecinan sangat terasa. Etnik lainnya yang bagian dari sejarah adalah Arab. Keturunan Arab kini banyak yang berdomisili di daerah Pakojan. Dua etnik masih bertahan di Kota tua karena faktor sejarah, etnik ini cukup adaptif dengan lingkungan masyarakat. Sehinnga wisatawan asing banyak yang mengunjungi kota tua karena kagum dengan keramahan masyarakatnya.
Kota tua mengalami perkembangan karena banyak mayarakat baik dari luar negeri maupun dalam negeri mengunjungi kota tua untuk berlibur ke Taman Fatahillah. Tetapi kemacetan dan tempat kumuh tidak lepas dari kota tua karena masyarakat yang kurang sadar tentang lingkungan.
Penataan jalan Pintu Besar Utara sepanjang 300 meter yang mengganti permukaan jalan dengan batu andesit dan pelebaran jalan di Pancoran dibangun dengan tujuan agar kendaraan dapat berjalan dengan lancar, tetapi masyarakat tidak mematuhi peraturan yang berlaku seperti angkot yang berhenti di sembarang tempat sehingga jalan menjadi macet.
Penataan air Kalibesar perencanaannya sudah dibuat sedemikian rupa. Kali yang selama ini difungsikan sebagai Drainase dimana limbah rumah tangga langsung menuju kali tesebut, kelak tidak akan terjadi lagi. Air kalibesar akan bebas kotoran dengan dibangunan 4 buah IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) pada sisi kanan kiri Kalibesar. Debit air dijaga stabil, agar pada permukaan kali tersebut kelak diselenggarakan atraksi-atraksi. Tetapi akibat masyarakat yang membuang sampah sembarangan di kali tersebut sehingga pada saat musim hujan menjadi banjir. Sampah-sampah yang menumpuk mengakibatkan polusi udara sehingga menjadi tidak sedap dan polusi lingkungan.
Sumber : Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta
Sabtu, 04 September 2010
Langganan:
Postingan (Atom)